Kisah Teladan : Tawwakkal-nya Ummu Sulaim
11:56 PM | Author: yoesuf a.k.a ucup
Kita mungkin sering mendengar istilah Ikhtiar dan Tawwakkal. Memang ini adalah ajaran atau mungkin lebih tepatnya salah satu perintah ALLAH SWT untuk kita umat manusia dalam menjalani hidup. Perintah ALLAH SWT sebenarnya sudah sangat jelas, dalam proses untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita harus melakukan Ikhtiar atau usaha yang keras bahkan sekeras mungkin, semampu kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan itu. Setelah kita melakukan Ikhtiar tersebut, kita diperintahkan untuk Tawwakkal atau berserah diri kepada ALLAH SWT dalam mendapatkan hasil dari apa yang kita ininkan tadi. Untuk urusan apakah ALLAH SWT akan mengabulkan keinginan kita atau tidak itu urusan ALLAH SWT, karena ALLAH SWT lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Karena belum tentu apa yang kita inginkan itu adalah yang terbaik untuk kita. Banyak sekali kisah-kisah teladan yang mengagumkan mulai zaman Nabiullah Adam AS hingga sekarang. Mulai dari kisah Siti Hajar RA yang harus naik-turun bukit Shofa dan Marwah sampai 7 kali hanya untuk mencarikan air untuk putra Siti Hajar RA Nabiullah Ismail AS. Siti Hajar RA yang sudah naik-turun bukit tersebut masih tetap saja tidak menemukan air untuk putra beliau sampai akhirnya beliau berdoa kepada ALLAH SWT dan berpasrah kiri kepada-NYA. Dan akhirnya air itu keluar dari tanah yang sedang dipijak oleh Nabiullah Ismail AS yang sampai sekarang sumber air itu menjadi salah satu sumber air abadi dan merupakan mata air paling berkualitas di bumi, ya, Mata Air Zamzam. Ada juga kisah teladan di zaman Rasulullah SAW tentang seseorang yang mempunyai rasa Tawwakkal yang sangat tinggi. Kisah ini adalah kisah Ummu Sulaim dan suami beliau Abu Thalhah. Kisah ini bermula ketika keluarga Ummu Sulaim mendapatkan ujian berupa musibah sakitnya putra Ummu Sulaim dan Abu Thalhah. Putra beliau yang sakit parah ketika itu ditinggalkan oleh sang ayah Abu Thalhah untuk menghadiri majlis ilmu bersama Rasulullah SAW. Ketika ditinggalkan ayahnya, kondisi putra Ummu Sulaim malah bertgambah parah, bahkan hingga meninggal dunia malam hari itu. Namun Ummu Sulaim tetap tabah bahkan sangat sabar menghadapi meninggalnya putra beliau. Ketika Abu Thalhah pulang dari majlis ilmu bersama Rasulullah SAW, beliau bertanya kepada Ummu Sulaim “Ya Ummi, bagaimana keadaan putra kita?” dan Ummu Sulaim pun menjawab “Wahai Abi, tidak pernah aku melihat putra kita dalam keadaan setenang ini!”. Mendengar jawaban sang istri Abu Thalhah pun merasa sanga senang bahkan bahagia. Kemudian tidak lama setelah perbincangan itu, Ummu Sulaim pun berdandan menghias dirinya sendiri, sesuai dengan tuntunan Rasulullah bahwa seorang istri hanya diperbolehkan berdandan hanya untuk suaminya. Dan Ummu Sulaim pun kemudian mengajak Abu Thalhah untuk berjima’ atau melakukan hubungan suami istri. Ketika pasangan suami-istri tersebut melakukan jima’, Ummu Sulaim pun bertanya kepada Abu Thalhah “Wahai suamiku, aku ingin bertanya kepadamu..”. “silahkan istriku” jawab Abu Thalhah. “Apabila Engkau mendapatkan suatu titipan, dan kemudian pemiliknya meminta barang itu kembali, apakah Engkau akan mengembalikannya?” Tanya Ummu Sulaim. Abu Thalhah menjawab “Tentu saja, karena barang itu milik orang lain, bukan milikku”. “Dan tahukah Engkau wahai suamiku, anak kita adalah titipan dari ALLAH SWT? Dan sekarang anak kita telah diambil lagi oleh pemiliknya…”. Abu Thalhah pun bertanya “apa maksudmu wahai istriku?”. “Ya, anak kita telah meninggal dunia…” Ummu Sulaim pun menjawab. Mendengar jawaban itu, Abu Thalhah pun kemudian marah kepada Ummu Sulaim, Abu Thalhah marah kepad Ummu Sulaim karena beliau tidak langsung memberi tahukan meninggalnya putra beliau kepada Abu Thalhah dan juga dalam keadaan tertimpa musibah seperti itu, Ummu Sulaim pun masih sempat mengajak suaminya untuk berhubungan suami-istri atau berjima’. Keesokan harinya, Abu Thalhah pun mendatangi kediaman Rasulullah SAW untuk mengadukan perbuatan istrinya kepada Rasulullah. Ketika sampai di depan kediaman Rasul, Rasulullah SAW langsung bertanya kepada Abu Thalhah “Wahai sahabatku, apakah tadi malam Engkau telah melakukan ‘Bulan Madu’ bersama istrimu, karena wajahmu terlihat begitu cerah?”. Abu Thalhahpun menjawab “Benar Rasulullah, namun bukan itu yang ingin hampa sampaikan kepada Engkau wahai Rasulullah…” dan kemudian Abu Thalhah menceritakan semua kejadian tadi malam kepada Rasulullah SAW. Mendengar cerita Abu Thalhah, Rasulullah SAW kemudian langsung mendoakan Ummu Sulaim dan Abu Thalhah agar keduanya diberikan keturunan yang shaleh dan shalehah oleh ALLAH SWT. Beberapa waktu kemudian Ummu Sulaim pun hamil dan kemudian melahirkan seorang anak yang diberi nama Abdullah bin Abu Thalhah yang kemudian dikenal menjadi seorang yang sangat alim dan shaleh. Setelah Abdullah bin Abu Thalhah menikah pun, beliau kemudian dikaruniai 10 orang anak oleh ALLAH SWT yang dikenal sebagai penghafal Al-Qur’an yang alim. Dari kisah Ummu Sulaim tersebut, mungkin itu adalah salah satu contoh hasil dari ketawwakkalan mahluk kepada ALLAH SWT yang kemudian dibalas oleh ALLAH SWT dengan sesuatu yang jauh lebih baik lebih dari yang kita harapkan. Wallahualam Bisshowaf…
This entry was posted on 11:56 PM and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: